Senin, 04 Mei 2015

Tiga Manfaat Utama Membiasakan Dzikir kepada Allah


“Dzikir kepada allah Ta’ala adalah ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya,” demikian kata Ibn Abbas RA
MENJELASKAN hal ini,  Imam Ghazali dalam kitabnya “Dzikurllah” menulis, “Jika Anda bertanya, kenapa dzikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih bermanfaat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya banyak mengandung kesulitan?”
Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.
Orang yang mencintai sesuatu akan banyak mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada mulanya ini adalah bentu pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu halnya dengan orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Apabila seorang Muslim sampai pada derajat suka berdikir, maka ia tidak akan melakukan erbuatan lain selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Sesuatu yang selain Allah adalah sesuatu yang pasti meninggalkannya saat kematian menjemput. Nah, di sinilah urgensi mengapa setiap jiwa sangat membutuhkan amalan dzikir.
Dengan demikian, apa saja manfaat utama dari amalan yang sampai dibahas secara khusus oleh Imam Ghazali ini?
Pertama, kebahagiaan setelah kematian
Ketika seorang Muslim meninggal dunia, maka harta, istri, anak, dan kekuasaan akan meninggalkannya. Ya, tidak ada lagi yang bersamanya selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Saat itulah, amalan dzikir akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi diirnya.
Imam Ghazali memberikan ilustrasi menarik akan hal ini. “Ada orang bertanya, ‘Ia sudah lenyap, lalu bagaimana perbuatan dzikir kepada Allah masih tetap kekal bersamanya?”
Imam Ghazali pun menjelaskan, “Sebenarnya ia tidak benar-benar lenyap, yang juga melenyapkan amalan dzikir. Ia hanya lenyap dari dunia dan alam syahadah, bukan dari alam malakut. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 169-170.”
Kedua, senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).
Tsabit Al-Banani berkata, “Saya tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”
Dalam Hadits Qudsi juga disebutkan, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).
Subhanallah, bagaimana kalau Allah yang mengingat diri kita yang dhoif. Bayangkan saja, seorang kepala desa akan sangat senang jika dirinya senantiasa diingat oleh gubernur atau presiden. Bagaimana kalau yang mengingat kita adalah Allah Ta’ala, Rabbul ‘Alamin!
Pantas jika kemudian sahabat Nabi Shallallahu alayhi wasallam, Muadz bin Jabal berkata, “Tidak ada yang disesali oleh penghuni surga selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berdzikir kepada Allah Ta’ala.”
Ketiga, diliputi kebaikan demi kebaikan
Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Tiada suatu kaum yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Bukhari).
Sementara itu hadits yang lain menyebutkan, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka, ‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada umat Islam. Manfaat dzikir yang sedemikian luar biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).
Bahkan saat kita usai sholat pun, Allah tekankan agar kita terus berdzikir kepada-Nya.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).
Dengan demikian, mari kita upayakan agar muncul rasa suka dan cinta untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Karena amalan ini sangat mudah diamalkan dengan manfaat yang sangat luar biasa. Tidak saja menjamin kebaikan di dunia, tetapi juga memastikan kebaikan di akhirat. Semoga Allah anugerahi kita hati yang senantiasa suka, cinta dan rindu untuk selalu berdzikir kepada-Nya. Wallahu a’lam.*

Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik: 

Minggu, 03 Mei 2015

5 Manfaat dan Keuntungan Shalat Subuh


MASIH merasa sulit bangun shalat Subuh? Atau masih merasa seolah mengangkat beban bearat kala adzan Subuh berkumandang?
Sesungguhnya bangun sebelum Subuh itu sungguh banyak manfaatnya. Mulai dari menyiapkan diri shalat sampai kita jauh lebih bisa menata diri lebih baik di setiap awal paginya. Keren kan?
Shalat sunnah dua rakaat sebelum Subuh saja nilai pahalanya lebih baik dari dunia dan seisinya. Apalagi, shalat Shubuhnya, berjama’ah pula. Subhanallah, insya Allah pahalanya luar biasa dahsyatnya.
Aisyah Radhiyallahu Anha meriwayatkan dari Nabi, Beliau bersabda, “Dua rakaat (sebelum) fajar (shalat Subuh) lebih baik (nilainya) dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Logikanya apa, orang kaya sedunia pun, kalau tidak mendirikan shalat sunnah ini, nilainya tidak ada apa-apanya di sisi Allah. Jadi, rugi sekali.
Nah, oleh karena itu latih diri kita mulai sekarang untuk bisa bangun lebih awal, sehingga bisa shalat sunnah Fajar sekaligus Shalat Subuh berjama’ah.
Pahala Shalat Shubuh
Mungkin sudah banyak yang tahu atau setidaknya pernah mendengerkan ceramah soal pahala dari shalat Subuh. Tapi lepas dari itu semua, mari kita perhatikan saja lagi keutamaan dari shalat Shubuh dari sisi pahalanya.
“Barangsiapa yang shalat Subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim).
Kemudian, dalam sabda lainnya disebutkan, “Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim).
Manfaat Instan
Kalau dari tadi keutamaanya lebih pada ‘tabungan’ akhirat kita. Sekarang ayo kita lihat manfaat instan dari bangun lebih dini, yang jika dibiasakan, insya Allah akan mendatangkan keajaiban dalam diri kita sendiri.
Pertama, bisa meluangkan waktu untuk membuat planning (rencana)
Pernah nggak kita berangkat sekolah atau kuliah dengan hati yang kurang mood? Hampir pasti itu karena kita lambat bangun. Macem-macem sih sebabnya, bisa karena tidur terlalu larut, atau ada PR yang belum dikerjakan hehe.
Kedua, antusias yang tinggi
Kalau kita sudah bisa nyusun rencana,  pasti  kita akan sangat antusias dalam menjalankan tugas utama kita, entah sebagai pelajar, karyawan, pengusaha, dan lain sebagainya.
Ketiga, masih ada waktu untuk olahraga ringan
Kalau jarak kita dengan sekolah atau tempat tidak terlalu jauh, maka bangun lebih dini masih memungkinkan kita olahraga ringan. Seperti jalan-jalan, atau pun lari-lari kecil. Apalagi, kalau yang rumahnya agak jauh dari masjid, sudah pasti ibadahnya disertai olahraga, asalkan mau jalan kaki, hehe.
Keempat, selamat dari ketergesa-gesaan
Jika tiga hal di atas saja bisa kita lakukan, maka alasan apalagi yang bisa membuatmu melakukan sesuatu dengan terburu-buru? Tidak ada lagi bukan! Jadi, bangun lebih dini membuat ritme hidupmu teratur dan efektif.
Kelima, masih bisa membaca Al-Qur’an
Mengapa banyak orang yang belum bisa konsisten membaca Al-Qur’an? Satu di antara jawaban yang ada, mungkin shalat Subuhnya ketinggalan, sehingga semua serba buru-buru.
Lha, kalau sudah buru-buru, jangankan baca Al-Qur’an, peralatan yang diperlukan dan mestinya dibawa saja bisa ketinggalan.
Tetapi, dengan kita shalat Subuh, kita masih punya waktu untuk membaca atau bahkan menghafal Al-Qur’an. Wah, keren kan!
Nah, itulah sebagian dari manfaat langsung kita bangun lebih dini. Jadi, jangan sampai nggakshalat Shubuh, hanya karena tidak mau bangun lebih dini.
Ada kisah menarik. Tim Cook, CEO Apple, punya kebiasaan mengirim email kantor setiap pukul 04.30. Jack Dorsey, pendiri Twitter juga selalu memulai harinya pukul 05.30. Richard Branson, pendiri Virgin Group, bangun pukul 05.45. Artinya apa, bangun dini itu adalah awal dari kesukesan. InsyaAllah.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik: 

Sabtu, 02 Mei 2015

Jaga 3 Perkara, Hidup Anda Nikmat dan Sehat

Bahagia, iman terjaga dan badan sehat adalah dambaan kita semua [ilustrasi]
AGAMA Islam dikenal kaya dan luar biasa terhadap nilai-nilai dan ajaran. Umat Islam tidak semata diajak mengimani akhirat tetapi juga dipandu agar bahagia hidup di dunia ini dengan praktik-praktik hidup yang menyehatnya jiwa dan raga (fisik). Jika diamalkan, maka kebahagiaan masa depan –baik di dunia atau pun akhirat– insya Allah dapat diwujudkan.
Di antara ajaran Islam yang sangat penting adalah bagaimana kita harus memperhatikan tiga perkara penting dalam hidup kita. Tiga perkara itu adalah; iman, Islam dan kesehatan.
Jika ada perkara yang nilainya tiada tara dalam kehidupan dunia ini, maka itu adalah IMAN. Untuk memahami hal ini, kita bisa mengambil hikmah dari apa yang Allah gambarkan di dalam Al-Qur’an, yakni wasiat Nabi Ibrahim kepada anak keturunannya.
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Bqarah [2]: 132).
Dengan kata lain, jika ada yang harus dipegang teguh, meski harus meregang nyawa, maka itulah iman.
Mengapa? Karena tanpa iman, kebaikan yang dilakukan, sama sekali tidak akan berguna di sisi-Nya. Inilah alasan penting, mengapa kita dilarang mempersekutukan Allah.
Jadi, teruslah perhatikan iman kita, jangan sampai tergores, apalagi rusak atau patah. Karena kehilangan iman adalah kerugian tiada tara. Penulis buku La Tahzan, Aid Al-Qarni berkata, “Manakala kita berlepas diri dari Islam ini, otomatis kita telah berlepas diri dari kemuliaan, keaslian, kejayaan, dan keagungan kita.”
Setelah iman, yang harus menjadi prioritas kita adalah ISLAM. Pernahkah kita menyadari bahwa nikmat Islam ini adalah nikmat luar biasa yang langsung dari-Nya?
فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” QS. Al-An’am [6]: 125).
Akan tetapi, nikmat Islam ini jarang disadari, sehingga sedikit kurang uang, mengeluh. Sedikit sakit, galau. Sedikit diuji, gelisah.
Sementara, kala diberi kemudahan, lupa sama Allah Ta’ala. Kita mudah sekali tersadarkan oleh kurangnya nikmat material, tetapi sama sekali tidak sadar dengan dahsyatnya nikmat Islam yang telah bersarang dalam dada.
Lantas bagaimana cara memelihara keislam-an dalam diri kita?
Contoh saja Rasulullah dalam kesehariannya. Shalat tidak terlewat, baca Al-Qur’an setiap hari. Infak-sedekah, bahkan zakat tidak perlu disuruh-suruh. Berpuasa dan menunaikan haji bila mampu.
Terakhir adalah nikmat KESEHATAN. Nikmat sehat ini kadangkala tidak benar-benar dipahami sebagai hal yang sangat berharga. Padahal, tanpa sehat, iman tidak maksimal dan ke-Islam-an juga tidak akan optimal.
Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim memperhatikan kesehatannya. Mulai dari kesehatan fisik sampai kesehatan hati.
Bagaimana menerapkan hidup sehat sama pentingnya dengan bagaimana terus meningkatkan iman dan taqwa. Seorang dai yang malang melintang dalam dunia dakwah pernah berbagi tips, bagaimana hidup sehat.
Pertama, milikilah pola pikir makan apa yang diperlukan. Bukan apa yang menyenangkan. Kebanyakan orang, makan hanya apa yang disenangi, sehingga kadangkala lupa dengan apa yang diperlukan. Dengan memiliki pola pikir ini, maka tidak semua jenis makanan akan dimakannya, apalagi dalam waktu bersamaan.
Kedua, makanlah secukupnya. Makan secukupnya ini, menurut penuturan dai tersebut terinspirasi dari Kitab Misykat karya Imam Ghazali. Di sana disebutkan bahwa ada sahabat Nabi yang sehari sekali makan. Ada yang tiga hari sekali makan, ada yang sepekan sekali makan bahkan ada yang 40 hari sekali makan. “Wajar kalau Nabi dan para sahabat, rata-rata hidupnya sehat,” ucapnya.
Ketiga, ini yang sangat penting, jangan makan kecuali yang halal. Rizki itu sudah ditetapkan oleh Allah. Jadi tidak mungkin kurang, salah apalagi tertukar. Maka jangan sampai hanya karena urusan rizki (makanan) kita sampai menabrak-nabrak syariat Allah, hingga tidak peduli lagi halal-haram.
Keempat, bergeraklah. Setelah makan, orang zaman sekarang banyak yang diam bahkan tidur. Coba kita perhatikan bagaimana Rasulullah mengisi hari-harinya, tidak ada itu beliau malas apalagi banyak tidur. Kalau tidak jalan ya harus lari, intinya harus ada gerak.
Kelima, shalat. Shalat itu tidak semata ibadah, ia gerakan fisik. Kalau Rasulullah shalat, itu bisa sampai bengkak-bengkak. Artinya apa, kesehatan fisik yang menyatu dengan jiwa itu ada pada sholat. Jangan dibalik, zaman sekarang banyak orang cidera karena olahraga, sementara sholat kurang diperhatikan.
Dengan memperhatikan tiga perkara ini, harapannya, kita bisa dijadikan seperti Rasulullah yang tidak sakit sepanjang hidupnya melainkan hanya dua kali. Sebab, dengan senantiasa sehat, maka kita bisa produktif dalam amaal sholeh dan tentu saja tidak banyak membuah waktu, energi dan biaya untuk pengobatan.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik: